BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Balakang Masalah
Iman adalah pondasi dasar agama islam. Orang yang beriman akan mendapatkan kebahagiaan. Iman adalah sebuah keyakinan yang kuat yang dapat dibuktikan akan kebenarannya. Beriman bukan hanya ada di dalam hati, tapi juga perlu diaplikasikan dengan pengucapan dan perbuatan yang baik. Suatu agama akan runtuh jikalau keimanan penganutnya rendah, tapi sebaliknya juga, ketika suatu agama dianut oleh penganutnya dengan kuat maka akan tercipta kemajuan kemudian berkembang. Hal ini bisa dilihat dari keimanan di zaman rasulullah Saw, para shahabat dan tabiin yaitu kemajuan umat islam bisa dirasakan dan berkembang dengan pesat. Hal ini karena keimanan mereka sangat kuat yaitu berpegang teguh dengan keyakinannya. Tapi kita bisa melihat kejadian zaman sekarang, islam mulai redup disebabkan penganutnya yang sangat rendah dalam masalah iman. Maksiat sudah menjadi makanan sehari-hari, hanya beberapa orang yang keimanannya dipegang teguh. Kemudian muncul istilah islam KTP (Kartu Tanda Penduduk), yakni agamanya islam tapi aplikasi terhadap agamanya sangat minim. Zaman sekarang yang dipentingkan adalah materi bukan keimanan. Siapa yang kuat (kaya) dia akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas.
Pada hakikatnya pangkat dan jabatan tidak membuat seseorang mulia di hadapan Allah Swt. Begitu pula dengan harta dan kekuasaan, tidak akan memiliki nilai yang berarti selama dia ingkar terhadap ketentuan Allah Swt. Pekerjaan yang dimata manusia terlihat remeh, bahkan dianggap hina, namun akan memiliki kualitas penilaian yang sangat tinggi bila pekerjaan itu disertai dengan keimanan dan ketulusan pengabdian di hadapan Allah Swt. Sebaliknya, walaupun dia bintang film, pangeran atau kaisar yang dipuja dan disanjung-sanjung oleh setiap orang, selama mereka tidak beriman kepada Allah maka tidak akan bernilai-nilai apa-apa disisi Allah Swt.
Dari uraian di atas, sudah sangatlah jelas bahwa pentingnya orang yang mempunyai iman kepada Allah. Iman dapat memberikan kita menjadi maju dan amal kita diterima kepada Allah Swt. Struktur iman ada 6 macam kemudian bercabang-cabang menjadi 77 cabang, dari semuanya itu kalau dilakukan mengarah kepada kebaikan. Dalam makalah ini, kami akan mengklasifikasikan dalam pembahasan yang bertujuan agar lebih efektif dan efisien yaitu mengenai “pembinaan struktur beriman”.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud iman?
2. Apa yang dimaksud dengan struktur iman?
3. Bagaimana cara pembinaan struktur beriman?
3. Tujuan Makalah
1. Untuk dapat mengetahui makna tentang iman.
2. Untuk dapat mengetahui struktur beriman.
3. Untuk dapat mengetahui cara membina struktur beriman.
4. Metodologi penulisan Makalah
Makalah ini menggunakan metode library, yaitu kami mencoba untuk menelaah buku-buku yang berkaitan dengan makalah kami.
BAB II
STRUKTUR PEMBINAAN BERIMAN
1. Definisi Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah : membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Ini adalah pandapat jumhur ulama..
Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. adalah benar, mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengamalkan dengan anggota badan maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
2. Struktur Iman
Firman Allah dalam al-Qur’an
• •
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” (Surah an-Nisa: 136)
Hadis Nabi Muhammad Saw.
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلِايْمَانِ : قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَرَسُوْلِهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ مِنَ اللهِ تَعَالَي.
Berkata malaikat Jibril As. : berithukanlah aku tentang iman. Nabi menjawab : iman ialah hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, hari kiamat, kamu beriman kepada takdir yang baik dan buruk (dari Allah).
Dari ayat al-Qur’an dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman adalah orang yang percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, qadha dan qadar. Jadi struktur iman itu dimulai dari beriman kepada Allah sampai kepada qadha dan qadar. Di bawah ini adalah rincian tentang iman.
Iman kepada Allah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : جَدِّدُوْا اِيْمَانَكُمْ. قِيْلَ وَ كَيْفَ نُجَدِدُ اِيْمَانَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : أَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ. (رواه أحمد و الحاكم)
Dari Abu hurairah ra. Berkata : Rasulullah Saw bersabda : perbaruilah imanmu. Dikatakan : bagaimana kita memperbaharui iman kita wahai Raslullah. Beliau bersabda : perbanyaklah membaca “la ilaha illallah” (HR. Ahmad dan al-Hakim).
Kalimat la ilaha illa Allah atau biasa disebut kalimat thayyibah adalah suatu pernyataan pengakuan tentang keberadaan Allah yang maha Esa. Allah adalah maha Esa, baik dalam zat, sifat maupun perbuatan. Esa dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah . Dan Esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.
Untuk mengetahui adanya Allah, kita bisa melihat alam semesta ini. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Tuhan. Pertama, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada (creation ex-nihilo). Ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti. Ketiga, paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.
Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia adalah dimensi ta’abudi yang terkait dengan petunjuk dan pertolongan Allah atas hamba-Nya. Tanpa hidayah dari Allah, akan sulit bagi siapa pun untuk dapat mempercayai-Nya.
Pengertian iman kepada Allah adalah beri’tikad bahwa sesungguhnya Tuhan adalah Tunggal, Esa, tidak ada yang menyamai pada-Nya baik sifat maupun ZatNya, tidak ada sekutu dalam ketuhananNya. Maksud ketuhanan di sini adalah yang berhak disembah. Juga percaya bahwa Allah itu Qadim (dahulu) tidak ada permulaannya dan kekal tidak ada batas akhirnya.
Iman kepada Malaikat-Nya
Malaikat atau terkadang disebut al-mala’ al-a’la (kelompok tertinggi) adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dai al-Nur (cahaya). Menurut Fazlur Rahman yang diterangkan dalam Ensiklopedi Islam, malaikat adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah Swt yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.
Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada pula yang dikerjakan di alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh ialah menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah Swt, memikul ‘arsy, memberi salam kepada ahli surga, dan menyiksa para ahli neraka. Adapun di antara tugas malaikat di alam dunia ialah menurunkan wahyu yang diemban oleh malaikat Jibril. Ia disebut juga ruh al-amin, ruh al-qudus. Adapun tugas malaikat-malaikat yang lainnya adalah sebagai berikut : malaikat Mikail mengatur perjalanan bintang-bintang, menentukan musim seperti menurunkan hujan dan panas serta menurunkan rezeki; malaikat Ijrail bertugas mencabut nyawa; malaikat israfil bertugas meniup sangkakala ketika terjadi kiamat besar; malaikat Raqib dan ‘Atid bertugas mencatat segala perbuatan manusia, kalau Raqib berada di sebelah kanan manusia yang mencatat perbuatan baik, sedangkan ‘Atid berada di sebelah kiri yang mencatat perbuatan buruk; malaikat Munkar dan Nakir bertugas memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur; Malaikat Malik bertugas menjaga neraka, tempat manusia menerima sanksi sebagai balasan perbuatan buruk mereka ketika hidup di dunia; Maliakat Ridwan bertugas menjaga surga, tempat manusia sebagai ganjaran atas perilaku baik mereka di dunia.
Beriman kepada malaikat berarti bahwa mereka itu makhluk yang mulia, tidak pernah durhaka terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka, mereka selalu mengerjakannya dengan baik, dan benar apa yang diperintahkan oleh mereka.
Iman kepada Kitab-kitab-Nya
Ayat-ayat Allah Swt yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntunan itu dapat dibedakan menjadi dua : pertama, ayat-ayat yang tertulis di dalam kitab-kitab-Nya; dan kedua, ayat-ayat yang tidak tertulis yaitu alam semesta.
Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam empat kitab : al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur yang masing-masing diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., nabi isa a.s., Nabi Musa a.s., dan Nabi Daud a.s. keempat kitab tersebut disebut kitab-kitab langit. Karena kitab-kitab yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul. Hanya saja , kitab-kitab selain al-Qur’an sudah terkontaminasi oleh manusia sebagaimana diberitahukan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an. Islam mengajarkan bahwa mempercayai dan mengimani semua kitab-kitab Allah itu adalah wajib. Ia merupakan konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah Swt. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab tersebut. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Sw dalam surat al-Baqarah ayat 4
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu , serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .
Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah, percaya bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah yang azali yang berdiri sendiri, tidak menggunakan huruf dan suara dan apa yang dimuatnya adalah benar. Dan sesungguhnya Allah menurunkan kitab-Nya kepada sebagian rasul dahulu dengan menggunakan lafad yang tertulis pada papan atau dengan melewati lidah malaikat.
Iman kepada Rasul-rasul-Nya
Doktrin islam mengajarkan agar setiap orang islam beriman kepada semua rasul yang diutus oleh Allah Swt tanpa membedakan antara satu rasul dengan rasul lainnya. Secara bahasa rasul adalah orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau risalah. Secara terminology, rasul berarti orang yang diutus oleh Allah Swt untuk menyampaikan wahyu kepada manusia.
Dalam mengartikan rasul dan nabi, para ulama terbagi dua kelompok. Kelompok pertama mempersamakan arti keduanya; dan kelompok kedua membedakannya. Menurut kelompok pertama, baik rasul maupun nabi sama-sama menerima wahyu yang harus disampaikan kepada umatnya. Adapun menurut kelompok yang kedua, hanya rasul yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya, sementara nabi tidak dibebankan kewajiban itu. Firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 213 yang menerangkan tentang keberadaan Rasul.
•• • • ••
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (al-Baqarah : 213)”
Diantara tugas yang diemban oleh para rasul antara lain yaitu : pertama, mengajarkan tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya; kedua, mengajak manusia agar hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah; ketiga, mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau akhlak yang mulia; keempat, mengajarkan kepada manusia norma-norma kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat; kelima, mengajak menusia agar selamat bersemangat dalam bekerja dan berusaha serta menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat; keenam, mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan ketujuh, menyampaikan berita-berita yang bersifat gaib, seperti malaikat, surga dan neraka, alam kubur dan alam akhirat.
Beriman kepada para rasul yakni percaya bahwa mereka itu diutus oleh Allah kepada manusia dan mereka dibersihkan dari perbuatan yang tidak layak dan kekurangan. Jadi mereka terjaga dari perbuatan dosa kecil atau dosa besar sebelum diangkat menjadi nabi atau sesudahnya.
Iman kepada Hari akhir
Manusia itu tersusun dari dua unsur : tubuh kasar dan ruh. Ruh adalah urusan Allah yang termasuk gaib. Ketika manusia mati, ruh tidak ikut mati tetapi kembali ke arwah. Oleh karena itu, akal pikiran manusia tidak mampu menerangkan ruh dengan jelas.
Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk memasuki alam kedua, alam kubur, atau disebut alam barzakh. Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai periode antara kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan di alam barzakh memungkinkan seseorang dapat melihat kehidupan dunia dan akhirat. Ia bagaikan suatu ruangan kaca yang penghuninya bis melihat ke bagian depan berupa hari kemudian dan ke arah belakang pentas kehidupan dunia. Kehidupan di alam barzakh bisa menyenangkan, bisa juga menyedihkan; bergantung pada perbuatan dalam kehidupan dunia. Jika amalnya baik maka baik pula kehidupan alam kuburnya; jika amalnya buruk maka buruk pula kehidupan alam kuburnya.
Beriman kepada hari akhir berarti ia dimulai dari hari kematian sampai akhir apa yang terjadi di dalamnya. Seseorang hendaknya mempunyai I’tikad bahwa hari akhir itu ada dan percaya apa yang terjadi di dalamnya seperti pertanyaan dua malaikat munkar dan nakir, keni’matan dan siksaan di alam kubur, hari kebangkitan, balasan perbuatan manusia di dunia, hisab, timbangan amal perbuatan, jembatan di atas neraka jahannam, surga, neraka dan lain-lainnya.
Iman kepada qadha dan qadar
Meyakini qadha dan qadar, kita bisa mengambil rujukan dari kitab jawahir kalamiyah yakni meyakini sesungguhnya perbuatan manusia, baik perbuatan itu termasuk ikhtiar, seperti berdiri, duduk, makan dan minum, maupun karena terpaksa seperti jatuh dan sebagainya itu terjadi karena iradat (kehendak) dari takdir Allah sejak zaman Azali dan Allah Swt mengetahuinya sebelum wahyu terjadinya.
Beriman kepada takdir yaitu percaya bahwa apa yang telah ditakdirkan oleh Allah pada zaman azali mesti terjadi dan apa yang tidak ditakdirkan maka tidak akan terjadi. Percaya bahwa Allah telah mentakdirkan kebaikan dan keburukan sebelum menciptakan makhluk dan sesungguhnya terciptalah seluruh alam ini dengan qadha dan qadar-Nya.
3. Pembinaan Struktur Iman
Setelah kita mengetahui struktur iman yang dipaparkan di atas. Maka kita bisa membina dari struktur iman tersebut. Iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan akan adanya Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan lain sebagainya, tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan. Keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang pertama keimanan. Keyakinan itu adanya di hati. Ia merupakan bentuk pengakuan yang sungguh-sungguh tentang kebenaran adanya iman tersebut. Keyakinan ini, selanjutnya diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimat syahadat “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Saw. adalah utusan Allah.”. kemudian dilanjutkan lagi dengan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dua unsur iman, keyakinan dan pernyataan lisan disempurnakan oleh unsur ketiga, yaitu perbuatan. Unsur ketiga menunjukkan bahwa iman itu memerlukan perbuatan atau kerja yang nyata. Dengan demikian, orang yang mengaku beriman kepada Allah tidak cukup dengan adanya keyakinan akan adanya Allah yang selanjutnya diucapkan dengan lisan, tetapi harus sampai pada bentuk-bentuk pengamalan segala ajaran-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Islam adalah perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuh dan tidak sah kecuali disertai dengan keimanan. Iman adalah membenarkan dengan hati dan tidak akan diterima kecuali disertai dengan mengucapkan kalimat syahadat terlebih dahulu.
Betapa pentingnya orang yang mempunyai keimanan. Untuk mengukur keimanan seseorang kita tidak bisa melihat dari penampilannya. Apakah orang yang selalu berpenampilan muslim atau muslimah yang kalau berjalan selalu tidak lupa membawa tasbih ditangannya itu orang yang tinggi imannya ataukah orang yang ada di jalan-jalan yang selalu berpenampilan urak-urakan, kerjanya nongkrong di jalan-jalan adalah orang yang rendah imannya? Kita jangan sekali-sekali mengklaim hal tersebut, Karena masalah keimanan hubungannya langsung dengan Tuhan. Tapi umumnya memang demikian.
Ada 3 unsur untuk membina keimanan yaitu keyakinan dan pernyataan lisan kemudian disempurnakan oleh unsur ketiga, yaitu perbuatan. Unsur pertama menunjukkan bahwa harus meyakini bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah, kemudian dilanjutkan dengan pernyataan lisan dengan membaca dua kalimat syahadat dan Unsur ketiga menunjukkan bahwa iman itu memerlukan perbuatan atau kerja yang nyata. Dengan demikian, orang yang mengaku beriman kepada Allah tidak cukup dengan adanya keyakinan akan adanya Allah yang selanjutnya diucapkan dengan lisan, tetapi harus sampai pada bentuk-bentuk pengamalan segala ajaran-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
• Al-Jazair, Thahir ibn saleh. 2000. Jawahir Kalamiyah, Terj: Ja’far Amir, Pekalongan: Raja Murah.
• An-nawawi. 2003. Arba’in Hadist an-Nawawi, Terj: ibnu Rajab al-Hanbali, Jogjakarta: Menara Kudus Jogja.
• Al-Malybari, Zainuddin Ibnu Abdul Aziz. 1995. Irsyadul ‘Ibad, Terj: Mahrus Ali, Surabaya: Mutiara Ilmu.
• Bashori, Agus hasan. 1998. Kitab Tauhid II. Jakarta: Darul Haq.
• Dasuki, Hafidh A., 1994. Enslikopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
• Hakim, Atang Abd. Dan Jaih Mubarok. 2006. Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya.
• Sjaf, Mahhjuddin.1975. Pelajaran Agama: Serie Tauhid. Bandung: sulita.
• Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan.
• Syabiq, Sayid. 1974. akidah islam: pola kehidupan manusia beriman. Bandung: dar al-kitab al-haditsah.